MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR RANGKAP 3 BAB (5, 6, 7)
TUGAS MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR (IBD)
BAB 5, 6, 7
Dibuat Oleh :
Nama :
Rosdiana Octavani
Kelas :
1EA33
NPM :
19214810
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAGEMENT S1
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB 5
MANUSIA DAN KEINDAHAN
5.1
Keindahan
Pengertian Keindahan
Keindahan, sering diutarakan kepada
situasi tertentu, arti kata keindahan yaitu berasal dari kata indah,
artinya bagus, permai, cantik, elok, molek dan sebagainya. Keindahan identik
dengan kebenaran. Keindahan identik dengan kebenaran, sesuatu yang indah itu
selalu mengandung kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak mengandung
kebenaran maka hal itu pada prinsipnya tidak indah. Keindahan atau keelokan
merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang
memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak
dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian
dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang
ideal” adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan
dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Hakikat dari Keindahan
Keindahan adalah susunan kualitas
atau pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal kulitas yang paling disebut
adalah kesatuan (unity) keselarasan (harmony) kesetangkupan (symmetry)
keseimbangan (balance) dan pertentangan (contrast).
Herbet Read merumuskan bahwa
keindahan adalah kesatuan dan hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara
pencerapan-pencerapan indrawi manusia. Filsuf abad pertengahan Thomas Amuinos
mengatakan bahwa keindahan adalah sesuatu yang menyenangkan bilamana dilihat.
Menurut luasnya
pengertian keindahan dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Keindahan dalam arti luas, menurut
Aristoteles keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan
2. Keindahan dalam arti estetik murni, yaitu pengalaman
estetik seseorang dalam hubungan dengan segala sesuatu yang diserapnya.
3. Keindahan dalam arti terbatas, yaitu yang
menyangkut benda-benda yang dapat diserap dengan penglihatan yakni berupa
keindahan bentuk dan warna
Keindahan identik dengan kebenaran,
keindahan adalah kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai
nilai yang sama yaitu abadi dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah yang
tidak mengandung kebenaran tidak indah.
Ada 2 nilai yang
penting dalam Keindahan :
1. Nilai ekstrinsik yakni nilai yang sifatnya sebagai alat atau membantu
untuk sesuatu hal. Contohnya tarian yang disebut halus dan kasar.
2. Nilai intrinsik yakni sifat baik yang terkandung di dalam atau apa
yang merupakan tujuan dari sifat baik tersebut. Contohnya: pesan yang akan
disampaikan dalam suatu tarian.
Teori estetika keindahan menurut Jean
M. Filo dalam bukunya “Current Concepts
of Art” dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar, yaitu :
1. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan itu bersifat subjektif adanya,
yakni karena manusianya menciptakan penilaian indah dan kurang indah
dalam pikirannya sendiri.
2. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan bersifat objektif adanya,
yakni karena keindahan itu merupakan nilai yang intrinsik ada pada suatu objek.
3. Kelompok
yang berpendapat bahwa keindahan itu merupakan pertemuan antara
yang subjektif dan yang objektif, artinya kualitas keindahan itu baru
ada apabila terjadi pertemuan antara subjek manusia dan objek substansi.
Hubungan Manusia dengan Keindahan
Manusia dan
keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga kia perlu melestarikan bentuk
dari keindahan yang telah dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa,
seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya dapat menjadi bagian dari
suatu kebudayaan yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur
politik. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman
manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan
budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian
hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun
kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik
dengan kebenaran. Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan.
Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang
selalu bertambah. Sesuatu yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah.
Karena itu hanya tiruan lukisan Monalisa yang tidak indah, karena dasarnya
tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan
kebenaran menurut konsep dalam seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna
sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Manusia yang
menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan.
Pengalaman keindahan biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengar
(auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut.
Keindahan tersebut pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan Tuhan.
Alamiah itu adalah wajar tidak berlebihan dan tidak kurang. Konsep
keindahan itu sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan kebenaran. Batas
keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan
itu sendiri. Keindahan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah,
sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik. Orang
yang mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu berimajinasi, rajin dan
kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang lainya. Dengan kata lain
imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai
objek imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan
orang-orang yang beriman, para nabi, orang yang menghargai kebenaran dalam
agama, kata dan perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan
yang paling indah.
5.2 RENUNGAN
Renungan
berasal dari kata renung, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu,
atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil dari
merenung.
Setiap
kegiatan untuk merenengkan atau m,engevaluasi segenap pengetahuan yang telah
dimiliki dapat disebut berfilsafat. Pemikiran kefilsafatan mendasarkan diri
kepada penalaran. Penalaran adalah proses berpikir yang logic dan analitik.
Berpikir merupakan kegiatan untuk menyusun pengetahuan yang benar.
Pemikiran
kefilsafatan
mempunyai 3 macam ciri, yaitu:
1.
Menyeluruh
artinya pemikiran yang luas, bukan hanya di tinjau dari sudut pandangan
tertentu.
2.
Mendasar
artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental (ke luar
gejala), sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap keilmuan.
3.
Spekulatif
artinya hasil pemikiran yang dapat di jadikan dasar untuk pemikiran-pemikiran
selnjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk
menjelajah wilayah pengetahuan yang baru.
Renungan
atau pemikiran yang dibahas dalam makalah ini ialah yang berhubungan dengan
keindahan. Setiap hasil seni lahir dari hasil renungan. Tanpa direnungkan hasil
seni tidak mencapai keindahan.
Renungan
atau pemikiran yang berhubungan dengan keindahan didasarkan atas tiga macam
teori, ialah teori pengungkapan, teori metafisika, dan teori psikologis.
Masing-masing teori itu ada tokohnya.
A. Dalam teori pengungkapan dikatakan oleh
Benedetto Croce, bahwa seni adalah pengungkapan kesan-kesan.
B. Dalam teori metafisika, Plato mendalilkan
adanya dunia ide pada taraf yang tertinggi, sebagai realita ilahi itu.
Sedangkan dalam teori psokologik dinyatakan bahwa sadar dari seorang seniman.
C. Dari teori permainan yang masih tergolong
teori odikologik dengan tokohnya Freidrick Schiller dan Herbert Spencer,
Schiller menyatakan bahwa asal mula seni adalah dorongan batin untuk bermain-main ( play impulse ).
Dalam proses
jiwa seniman pada waktu merenung dalam rangka menciptakan seni, menurut Keats
selalu diliputi rasa ragu-ragu, takut, ketidaktentuan, misterius (negative
capability). Selain daripada itu Keats menyatakan, bahwa untuk mengatasi
ketakutan ialah berkuasanya hal-hal yang sesaat. Baginya hal-hal sesaat itu merupakan
pelatuk yang meledakkan imajinasi, dan imajinasi ini yang membentuk konsep
keindahan. Selanjutnya konsep keindahan adalah abstrak. Konsep itu baru
berjkomunikasi setelah di beri bentuk.
5.3
KESERASIAN
Keserasian
berasal dari kata serasi, serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai,
atau kena benar. Kata cocok sesuai atau kena mengandung unsur pengertian
perpaduan, ukuran, dan seimbang. Perpaduan misalnya orang berpakaian antara kulit dan warnanya yang
dipakai cocok.
Keserasian identik dengan keindahan.
Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah.
Karena itu sebagian ahli piker berpendapat, bahwa keindahan ialah sejumlah
kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualita yang paling sering
disebut ialah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan
(symmetry), keseimbangan (balance), dan perlawanan/pertentangan (contrast).
Dalam keselarasan itu seseorang memiliki
persaan seimbang, teng, dan mempunyai citrarasa akan sesuatu yang berakhir dan
merasa hidup sesaat di tengah-tengah kesempurnaan yang menyenangkan hati dan
ingin memperpanjangnya.
Dalam
mencipta seni ada dua teori, yakni teori obyektif,
dan teori subyektif.
a.
Teori
subyektif menyatakan bahwa keindahan itu adalah terciptanya nilai-nilai estetik yang
merupakan kualita yang telah melekat pada benda itu.
b.
Teori obyektif dinyatakan
bahwa keindahan merupakan suatu kualita dari benda. Dalam seni ada 6 asas.
Asas-asas itu ialah kesatuan total, tema, tema variasi, keseimbangan,
perkembangan dan tata jenjang. Keserasian tidak ada hubungannya dengan
kemewahahan. Sebab keserasian merupakan perpaduan warna, bentuk, dan ukuran.
Atau keserasian merupakan pertentangan antara nada-nada tinggi rendah,
keras-lembut, dan panjang-pendek.
BAB 6
MANUSIA DAN PENDERITAAN
6.1 Pengertian Penderitaan
Penderitaan adalah bahasa yang
sering kita dengar. Penderitaan berasal dari kata derita.Kata derita
berasal dari bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita
artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. penderitaan
bisa bersifat lahir dan bersifat batin. Setiap manusia memiliki penderitaan
yang berbeda –beda. Manusia dikatakan menderita apa bila dia memiliki masalah,
depresi karena tekanan hidup, dan lain lain.
Penderitaan termasuk realitas dunia dan
manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan
ada juga yang ringan. Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat
hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam
hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat.
Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi
kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
Menurut agama penderitaan itu adalah
teguran dari tuhan. Penderitaan ada yang ringan dan berat contoh penderitaan
yang ringan adalah ketika seseorang mengalami kegagalan dalam menggapai
keinginannya. Sedangkan contoh dari penderitaan berat adalah ketika seorang
manusia mengalami kejadian pahit dalam hidupnya hingga ia merasa tertekan
jiwanya sampai terkadang Ingin mengakhiri hidupnya.
Penderitaan adalah termasuk realitas
manusia di dunia. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya
intensitas penderitaan.Suatu pristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang
belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Penderitaan adalah bagian
dari kehidupan.
6.2 Siksaan
Penderitaan biasanya di sebabkan
oleh siksaan. Baik fisik ataupun jiwanya.Siksaan atau penyiksaan (Bahasa
Inggris: torture) digunakan untuk merujuk
pada penciptaan rasa sakit untuk menghancurkan kekerasan hati korban.
Segala tindakan yang menyebabkan penderitaan, baik secara fisik maupun
psikologis, yang dengan sengaja dilakukkan terhadap seseorang dengan tujuan
intimidasi, balas dendam, hukuman, pemaksaan informasi, atau mendapatkan
pengakuan palsu untuk propaganda atau tujuan politik dapat disebut sebagai
penyiksaan. Siksaan dapat digunakan sebagai suatu cara interogasi untuk
mendapatkan pengakuan. Siksaan juga dapat digunakan sebagai metode pemaksaan
atau sebagai alat untuk mengendalikan kelompok yang dianggap sebagai ancaman
bagi suatu pemerintah.Arti siksaan, siksaan berupa jasmani dan rohani bersifat
psikis, kebimbangan, kesepian, ketakutan.
Siksaan Yang Sifatnya Psikis :
A.
Kebimbangan : memiliki arti tidak dapat menetukan
pilihan mana yang akan dipilih.
B.
Kesepian :merupakan rasa sepi yang dia alami pada dirinya
sendiri / jiwanya walaupun ia dalam lingkungan orang ramai.
C.
Ketakutan : adalah sebuah sesuatu yang tidak dinginkan yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami siksaan batin. Bila rasa takut itu dibesar –
besarkan tidak pada tempatnya, maka disebut sebagai phobia.
penyebab seseorang merasakan ketakutan, antara lain:
- Claustrophobia dan agrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan tertutup.
- Gamang adalah rasa takut akan tempat yang tinggi.
- Kegelapan adalah rasa takut bila seseorang berada di tempat gelap.
- Kesakitan merupakan ketakutan yang disebabkan oleh rasa sakit yang akan dialami.
- Kegagalan ketakutan dari seseotang disebabkan karena merasa bahwa apa yang akan dijalankan mengalami kegagalan.
6.3. Kekalutan Mental
Kekalutan mental
merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami kekacuan dan
kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya.
Gejala-gejala permulaan pada orang yang mengalami kekalutan mental adalah sebagai berikut :
- nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung
- nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
- Selalu iri hati dan curiga, ada kalanya dihinggapi khayalan, dikejar-kejar sehingga dia menjadi sangat agresif, berusaha melakukan pengrusakan atau melakukan detruksi diri dan bunuh diri.
- Komunikasi sosial putus dan ada yang disorientasi social
- Kepribadian yang lemah atau kurang percaya diri sehingga menyebabkan yang bersangkutan merasa rendah diri, ( orang-orang melankolis)
- Terjadinya konflik sosial – budaya akibat dari adanya norma yang berbeda antara dirinya dengan lingkungan masyarakat.
Tahap – tahap gangguan jiwa :
- Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan si penderita baik jasmani maupun rohaninya.
- Usaha mempertahankan diri dengan cam negatif, yaitu mundur atau lari, sehingga cara benahan dirinya salah; pada orang yang tidak menderita gantran kejiwaan bila menghadapi persoalan, justru lekas memecahkan problemnya, sehingga tidak menekan perasaannya. Jadi bukan melarikan diri dan persoalan, tetapi melawan atau memecahkan persoalan.
- Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown) dan yang bersangkutan mengalami gangguan
- Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan.
- Dipicu oleh faktor psychoeducational. Faktor ini terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pendidikan anak sejak kecil, mekanisme diri dalam memecahkan masalah. Konflik-konflik di masa kecil yang tidak terselesaikan, perkembangan yang terhambat serta tiap fase perkembangan yang tidak mampu dicapai secara optimal dapat memicu gangguan jiwa yang lebih parah.
- Faktor sosial atau lingkungan juga dapat berperan bagi timbulnya gangguan jiwa, misalnya budaya, kepadatan populasi hingga peperangan. Jika lingkungan sosial baik, sehat tidak mendukung untuk mengalami gangguan jiwa maka seorang anak tidak akan terkena gangguan jiwa. Demikian pula sebaliknya. Gangguan jiwa tidak dapat menular, tetapi mempunyai kemungkinan dapat menurun dari orang tuanya. Namun hal ini tidak berlaku secara absolut.
Sebab-sebab Timbulnya Kekalutan Mental:
- Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna.
- Terjadinya konflik sosial-budaya akibat adanya norma yang berbeda antara yang bersangkutan dan yang ada dalam masyarakat, sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi.
- Cara pematangan bathin yang salah dengan memberikan reaksi berlebihan terhadap kehidupan sosial; overacting sebagai overkompensasi dan tampak emosional.
Proses – proses kekalutan mental:
Positif, bila trauma (luka jiwa) yang dialami seseorang, akan
disikapi untuk mengambil hikmah dari kesulitan yang dihadapinya, setelah
mencari jalan keluar maksimal, tetapi belum mendapatkannya tetapi dikembalikan
kepada sang pencipta yaitu Allah SWT, dan bertekad untuk tidak terulang kembali
dilain waktu.
Negatif, bila trauma yang dialami tidak dapat dihilangkan,
sehingga yang bersangkutan mengalami frustasi, yaitu tekanan batin akibat tidak
tercapainya apa yang dicita-citakan. Penderitaan berasal dari kata derita. Kata
derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung.
Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan.
Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Sedangkan perjuangan
merupakan usaha manusia untuk keluar dari penderitaan.
6.4 Penderitaan dan Perjuangan
Setiap manusia pasti mengalami
penderitaan, baik secara berat ataupun ringan. Penderitaan adalah bagian
kehidupan manusia yang bersifat kodrati. Karena itu terserah kepada manusia itu
sendiri untuk berusaha mengurangi penderitaan itu semaksimal mungkin, bahkan
menghindari atau menghilangkan sama sekali. Manusia adalah makhluk berbudaya,
dengan budayanya itu ia berusaha mengatasi penderitaan yang mengancam atau
dialaminya. Hal ini membuat manusia itu kreatif, baik bagi penderita sendiri
maupun bagi orang lain yang melihat atau mengamati penderitaan.
Penderitaan dikatakan sebagai kodrat
manusia, artinya sudah menjadi konsekwensi manusia hidup, bahwa manusia hidup
ditakdirkan bukan hanya untuk bahagia, melainkan juga menderita. Karena itu
manusia hidup tidak boleh pesimis, yang menganggap hidup sebagai rangkaian
penderitaan. Manusia harus optimis, ia harus berusaha mengatasi kesulitan
hidupnya. Allah berfirman dalam surat Arra’du ayat 11, bahwa Tuhan tidak akan merubah
nasib seseorang kecuali orang itu sendiri yang berusaha merubahnya.
Pembebasan dari penderitaaan pada hakekatnya
meneruskan kelangsungan hidup. Caranya ialah berjuang menghadapi tantangan
hidup dalam alam lingkungan, masyarakat sekitar, dengan waspada, dan disertai
doa kepada Tuhan supaya terhindar dari bahaya dan malapetaka. Kita sebagai
manusia hanya bisa merencanakan namun yang Tuhanlah yang yang menentukan
hasilnya.
6.5 Penderitaan, Media Massa, dan Seniman
Berita mengenai penderitaan manusia silih
berganti mengisi lembaran koran, layar TV, pesawat radio, dengan maksud agar
semua orang yang menyaksikan ikut merasakan dari jauh penderitaan manusia.
Dengan demikian dapat mengunggah hati manusia untuk berbuat sesuatu.
Media
massa adalah alat yang paling tepat
untuk mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa penderitaan manusia secara cepat
kepada asyarakat luas. Dengan demikian masyarakat dapat segera menilai
untuk menentukan sikap anatara sesama manusia, terutama bagi mereka yang
simpati. Tetapi tidak kalah pentingnya komunikasi yang dilakukan para seniman
melalui karya seni, sehingga para pembaca dapat mengambil hikmah dan pelajaran
dari karya tersebut.
6.6 Contoh–contoh Penderitaan dan Penyebabnya
Berdasarkan
sebab-sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat dibagi
menjadi 4 bagian
sebagai berikut :
- Nasip buruk penderitaan ini karenakan perbuatan buruk manusia yang dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan alam sekitarnya. Perbedaan nasip buruk dan takdir adalah jika takdir di tentukan oleh tuhan sedangkan nasib buruk penyebabnya Karena ulah manusia itu sendiri. Contohnya : penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan / azab tuhan. Namun dengan kesabaran dan tawakal dan optimise merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan tersebut.
- Kehilangan orang tua, setiap manusia pasti mencintai orang tuanya dan memiliki hubungan yang erat dengan keluarganya. Penderitaan ini adalah yang paling sering kita jumpa dan sangat sedih tentunya .tapi kesedihan Karena penderitaan diharapkan tidak berlarut larut karena semua manusia yang hidup pasti akan kembali kepada tuhannya.
- Kemiskinan , banyak orang yang mederita karena kemiskinan , merasa tidak pernah cukup dengan apa yang telah ia punya sehingga mengakibatkan seseorang merasa menderita karena tidak bisa memiliki sesuatu yang ia inginkan. Ini di karena kan kurangnya rasa syukur manusia atas apa yang telah di berikan oleh tuhan.
- Bencana, tidak ada seorang pun yang dapat menghindari bencana yang tuhan berikan. Bencana bisa kapan saja dating dan menimpa siapa saja bahkan seringkali mengakibatkan kehilangan anggota keluarga. Trauma batin yang diakibatkan karena bencana juga sulit di sembuhkan.
6.7 Pengaruh Penderitaan Terhadap
Kelangsungan Hidup Manusia
Penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh
bermacam-macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul dapat berupa sikap
positif ataupun sikap negative. Sikap negative misalnya penyesalan karena tidak
bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Sikap positif yaitu sikap
optimis mengatasi penderitaan hidup, bahwa hidup bukan rangkaian penderitaan,
melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan, dan penderitaan itu
adalah hanya bagian dari kehidupan.
Orang yang merasa dirinya menderita akan
mendapat tekanan dari dalam jiwanya dan rasa malu. Tak jarang banyak manusia
yang ingin mengakhir hidupnya karena tidak kuat menopang siksaan dalam
hidupnya. Ini terjadi di karenakan
kekalutan mental. Kekalutan mental merupakan suatu keadaan dimana jiwa seseorang mengalami
kekacuan dan kebingungan dalam dirinya sehingga ia merasa tidak berdaya.
Gejala- gejala permulaan pada orang
yang mengalami kekalutan mental sebagai berikut :
a) Fisiknya sering merasa pusing,
sesak napas, demam dan nyeri pada lambung.
b) Jiwanya sering menunjukkan rasa
cemas, ketakutan, patah hati, apatis (kurangnya emosi, motivasi, atau
antusiasme).
Terkadang kekalutan mental bisa berujung pada gangguan jiwa dikarenakan kepribadiaan yang lemah akibat
kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna sehingga orang tersebut merasa
rendah diri.
BAB 7
MANUSIA DAN KEADILAN
7.1
Pengertian Keadilan
Keadilan
adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baikmenyangkut benda atau orang. Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan
W.JS Poerwadarminta , kata adil berarti tidak berat sebelah atau memihak maupun
tidak sewenang-wenang. Sedangkan menurut istilah keadilan adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
Menurut Aristoteles keadilan adalah kelayakan dalam tindakan manusia,
kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang
terlalu banyak dan terlalu sedikit. Keadilan terletak padaa keharmonisan
menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Dengan kata lain keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa
yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan
bersama.
7.2 Keadilan Sosial
Berbicara tentang keadilan, Anda tentu ingan
dasar negara kita ialah Pancasila. Sila kelima Pancasila berbunyi : “keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia karena dalam hidupnya manusia menghadapi
keadilan atau ketidak adilan setiap hari.
Keadilan sosial mengandung arti memelihara hak-hak individu dan memberikan hak-haknya kepada setiap orang yang berhak menerima karena manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dalam memenuhi segala kebutuhannya.
7.3 Berbagai Macam KeadilanKeadilan sosial mengandung arti memelihara hak-hak individu dan memberikan hak-haknya kepada setiap orang yang berhak menerima karena manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa berdiri sendiri dalam memenuhi segala kebutuhannya.
·
Keadilan Individual yaitu keadilan yangbergantung pada
kehendak baik buruk dari masing-masing individu.
·
Keadilan Sosial yaitu keadilan yang pelaksanaannya
bergantung pada struktur-struktur politik, ekonomi, social budaya dan ideologi
·
Keadilan
Legal atau keadilan moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dari masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan Sunoto menyebutnya keadilan legal.
·
Keadilan Distributif
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama.
Aristoteles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bila hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama.
·
Keadilan
Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam masyarakat.
7.4 Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan
seseorang sesuai dengan hati nuraninya apa yang dikatakannya sesuai dengan
kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang
benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari
perbuatan-erbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Barang siapa berkata
jujur serta bertindak sesuai dengan kenyataan, artinya orang itu berbuat benar.
Orang bodoh yang ujur lebih baik daripada orang pandai yang lancung.
7.5 Kecurangan
Curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak
jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa. Curang atau kecurangan artinya
apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nurani. Menurut kamus Bahasa Indonesia karanga W.J.S
Purwadarminta kecurangan berarti tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil dan
keculasan.
Menurut teori GONE
ada 4 faktor pemicu kecurangan yaitu :
1.
Greed
(keserakahan )
2.
Opportunity
(kesempatan)
3.
Need
(kebutuhan )
4.
Exposure
(Pengungkapan)
7.7 Pemulihan Nama Baik
Pemulihan
Nama Baik merupakan suatu pencapaian atau tujuan utama orang hidup.
Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya baik atau tidak tercemar
nama baiknya. Lebih-lebih jika dia menjadi teladan bagi orang atau tetangga di
sekitarnya adalah suatu kebangganan batin yang tidak ternilai harganya.
Penjagaan nama baik erat hubungan nya dengan tingkah laku atau perbuatan. Baik
atau tidaknya nama kita bergantung kepada diri kita sendiri menyikapi dan
menjalani kehidupan kita bersosialisai atau bermasyarakat di sekitar kita.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya, bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
7.8 Pembalasan
Pembalasan ialah suatu reaksi atas perbuatan
orang lain. Reaksi itu dapat berupa perbuatan yang serupa, perbuatan
yang seimbang, tingkah laku yang serupa, tingkah laku yang seimbang. Pembalasan
disebabkan oleh adanya pergaulan. Pergaulan yang bersahabat mendapat balasan
yang bersahabat. Sebaliknya pergaulan yagn penuh kecurigaan menimbulkan balasan
yang tidak bersahabat pula. Pada dasarnya, manusia adalah mahluk moral dan
mahluk sosial. Dalam bergaul manusia harus mematuhi norma-norma untuk
mewujudkan moral itu. Bila manusia berbuat amoral, lingkunganlah yang
menyebabkannya. Perbuatan amoral pada hakekatnya adalah perbuatan yang
melanggar atau memperkosa hak dan kewajiban manusia. Oleh karena itu manusia
tidak menghendaki hak dan kewajibannya dilanggar atau diperkosa, maka manusia
berusaha mempertahankan hak dan kewajibannya itu. Mempertahankan hak dan
kewajiban itu adalah pembalasan.
DAFTAR PUSTAKA
Widyo nugroho dan achmad muchji. 1994. Seri diktat kuliah Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Gunadarma.
Dewi Rosdyana. 2012. Makalah Manusia Dan Penderitaan.
http://wirautamipsi2013.wordpress.com/2013/11/26/ilmu-budaya-dasar-manusia-dan-keadilan/
0 comments