MAKALAH Berfikir Deduktif ( Silogisme dan Entimen )

by - 6:02 AM



A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sejak manusia dilahirkan pada dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir dengan jelas , tajam dan terang rumusannya , hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif . dengan demikian kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertip , jelas , serta tajam. Hal yang sangat penting juga adalah belajar membuat deduksi yang berani dengan salah satu cara untuk melahirkannya adalah silogisme. . Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat konsekwensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apa bila di telaah lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self – destructive.
Mungkin hal itu bisa terjadi karena tidak mau menghargai kebenaran dari sesuatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaannya yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau, ada juga sebagian orang yang mengatakan atau menganggap percuma mempelajari seluk beluk silogisme . Tetapi mungkin juga anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya sedikit orang saja yang dapat mengungkapkan pikirannya dalam bentuk silogisme. Akan tetapi , proses pemikiran kita menurut kenyataanya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga. Misalnya ucapan “ Saya tidak senang kepada pegawai itu karena ia biasa datang terlambat ke kantor “ Proses pemikiran tersebut haya bisa di uji dan di kaji apabila kita beberkan dalam bentuk silogisme karena bentuk silogismelah setiap langkah dari proses tersebut menjadi terbuka .

SILOGISME
DEFINISI SILOGISME

Silogisme adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau lebih premis, yakni pernyataan-pernyataan yang mendahului kemudian ditarik suatu kesimpulan menurut prinsip-prinisip logis, perlawanan dan pendasaran yang mencukupi. Secara singkatnya Silogisme adalah merupakan suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme merupakan jenis deduksi yang banyak digunakan jika seseorang menyusun suatu argumentasi.
Silogisme termasuk dalam penalaran deduktif. Deduktif merupakan salah satu teknik untuk mengambil simpulan dalam sebuah karangan. Berikut jenis-jenis dari silogisme :

Jenis-jenis silogisme

1. silogisme kategorial
2. silogisme hipotetik
3. silogisme alternatif
4. entimen
5. silogisme disjungtif

1. SILOGISME KATEGORIAL

Silogisme ini merupakan silogisme dimana semua proporsisinya merupakan kategorial. Kemudian proporsisi (pernyataan) yang mengandung silogisme disebut dengan premis.
Dalam silogisme terdapat dua premis dan satu simpulan. Premis merupakan pernyataan yang dijadikan dasar untuk menarik simpulan. Kedua premis itu adalah premis umum (premis mayor) dan premis khusus (premis minor).
Premis umum (PU)             : berisi pernyataan yang menyatakan semua anggota kelompok atau kumpulan sesuatu yang memiliki sifat atau ciri tertentu.                                             
Premis Khusus (PK)          : menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok atau kumpulan sesuatu itu
Simpulan (P)                        : menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok sesuatu itu memiliki sifat atau ciri tertentu.
Jika ketentuan-ketentuan di atas dibuat rumus akan menjadi:
PU       : Semua A = B
PK       : Semua C = A
S          : Semua C = B

Contoh I:
PU       : Semua profesor pandai.
PK       : Pak Adit adalah profesor.
S          : Pak Adit pasti orang pandai.
Keterangan:
Semua           A         : kelompok atau kumpulan sesuatu itu = semua profesor
B         : kelompok sesuatu itu memiliki sifat atau ciri tertentu= pandai
C         : seseorang atau sesuatu anggota kelompok itu= Pak Adit
Contoh II :
PU       : Binatang menyusui melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK       : Kerbau binatang menyusui.
S          : Kerbau melahirkan anak dan tidak bertelur.

Catatan: Kata “semua” dapat tidak disebutkan atau dapat juga diganti dengan kata “setiap” atau “tiap-tiap”

Contoh III :
PU       : Setiap orang asing harus memiliki izin kerja, jika ingin bekerja di Indonesia.
PK       : Peter White itu orang asing.
S          : Jadi, Peter White harus memiliki izin kerja jika ingin bekerja di Indonesia

Silogisme Negatif

Jika salah satu premis dalam silogisme bersifat negative, simpulannya pun akan bersifat negatif pula. Biasanya pernyataan negatif digunakan kata “tidak”, “tak”
Contoh I:
PU  : Semua penderita penyakit gula tidak boleh banyak makan makanan betepung
PK  : Pak Badu penderita penyakit gula
S    : Jadi, Pak Badu tidak boleh banyak makan makanan bertepung

Catatan : Apabila kedua premis bersifat negative, maka tidak akan sah diambil kesimpulannya. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisis premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satunya positif.


2. SILOGISME HIPOTETIK

Yang dimaksud dengan silogisme hipotetik itu adalah suatu argumen/pendapat yang premis mayornya (Umum) berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya (khusus) adalah proposisi katagorik.
Contoh I :
-PU : Jika hujan saya naik becak (mayor)
-PK : Sekarang hujan (minor)
- S   : Saya naik becak (konklusi)
Contoh 2 :
-PU : Jika hujan bumi akan basah (mayor)
-PK : Sekarang bumi telah basah (Minor)
-S   : Hujan telah turun (Konklusi)
Contoh 3 :
-PU : Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah
-PK : Pihak penguasa tidak gelisah
-S   : Mahasiswa tidak turun ke jalanan

Catatan : mengambil konklusi (kesimpulan) dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting menentukan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar.


3. SILOGISME ALTERNATIF

Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor (Umum) berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternative yang lain.
Contoh :
- PU :Dimas tinggal di bogor atau surabaya
- PK : Dimas tinggal di surabaya
- S   : Jadi, dimas tidak tinggal di bogor

4. ENTIMEM

Dalam Wikipedia “entimem atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos” artinya pikiran adalah sejenis sylogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulannya. Pada dasarnya entimem adalah silogisme yang diperpendek.
Rumus: C=B karena C=A
Contoh:
PU : Semua pemimpin yang jujur tidak mau melakukan korupsi
PK : Pak Budi seorang pemimpin yang jujur
S    : Pak Budi tidak melakukan korupsi
Entimem : Pak Budi tidak melakukan korupsi, karena Pak Budi seorang pemimpin yang jujur

Keterangan :
A  : kelompok atau kumpulan sesuatu itu = pemimpin yg jujur
B. : kelompok sesuatu itu memiliki sifat atau ciri tertentu= tidak melakukan korupsi
C  : seseorang atau sesuatu anggota kelompok itu= Pak Budi

** masukan rumus C=B Karena C=A 
 
5. SILOGISME DISJUNGTIF

Silogisme disjungtif merupakan silogisme yang premis mayornya merupakan disjungtif, sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.
Contoh :
- PU : Divo jujur atau berbohong. (premis 1)
- PK : Ternyata divo berbohong. (premis 2)
- S   : Ia tidak jujur. (konklusi).
Contoh II :
-PU : Hasan berbaju putih atau tidak putih.
-PK : Ternyata hasan berbaju putih
-S   : Hasan bukan tidak berbaju putih


KESIMPULAN

Silogisme adalah suatu cara untuk melahirkan deduksi . Silogisme mengajarkan pada kita merumuskan , menggolong – golongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dengan mudah , Dengan demikian kita belajar berfikir tertib , jelas , tajam . Ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat akibat dari suatu pendirian atau penyataan yang telah kita lontarkan. Banyak orang merumuskan pendirian atau membuat pernyataan yang apabila ditelaah lebih lanjut , sebenarnya pendirian atau pernyataannya tadi kurang tepat atau kurang benar. Mungkin saja hal itu karena tidak mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi atau tidak dapat menilai kegunaan yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita generasi penerus , proses pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada yang kita duga dan dari proses tersebut pemikiran kita lebih terbuka tertib dan jelas.

Daftar Pustaka : Wikipedia , dan banyak sumber 

You May Also Like

0 comments

Komentar terakhir

Sponsor

Instagram

https://www.instagram.com/dianaoctvn/?hl=en