PRIA ITU

by - 4:59 PM




Tidak semua patah hati itu harus berakhir tragis dan miris. Patah hati bisa menjadi pemicu dan cambuk untuk kamu agar bisa lebih baik lagi


Tadi pagi aku baru membaca sebuah tulisan alfi yang berjudul "Pria Itu" entah kenapa setelah membaca tulisan itu aku seperti membaca kisahku sendiri, beda nya alfi menceritakan pengalamannya pada bulan februari lalu sedangkan aku sekitah september tahun lalu, memang sudah lama, tapi setelah membaca tulisan alfi membuat ku teringat dengan kisahku itu.

PRIA ITU Terus terang saja, aku sangat mencintainya. Tapi bulan September lalu, ia tiba-tiba memutuskanku.

Jika kau pikir aku baik-baik saja, maka kau salah besar. Aku diputuskan oleh pria yang amat aku cintai dengan segala kelebihan dan kekurangannya,

Bagaimana bisa kau berpikir bahwa aku baik-baik saja?

Kami telah melewati banyak hal dalam hubungan itu. Ada kelekatan emosi yang kuat, dan ia melupakannya begitu saja seolah itu semua bukan "apa-apa"?
Ia berhasil membuatku sangat mempercayainya, lalu tanpa rasa bersalah, dia pergi meninggalkan semua yang ia mulai dan ia bangun sendiri. Bagaimana bisa?



Aku pikir dia berbeda, tak seperti pria lainnya.

Kupikir dia orang yang takkan menyakitiku, ternyata aku keliru.


Demi Tuhan aku bahkan tidak tahu sebenarnya apa kesalahanku. Aku tahu ia tak berniat menyakitiku. Tapi disengaja atau tidak; faktanya hal ini menyakitkan.

Aku hancur, sedih, pahit, marah, kehilangan, dan segala perasaan yang tidak terjelaskan.
Aku menangis hampir setiap malam sampai aku tertidur. Aku tidak pernah patah hati sampai separah ini. Aku tidak mengada-ada, tapi setengah dari diriku rasanya mati. Aku selalu menganggap sebuah hubungan dengan serius, dan inikah yang kudapatkan?

Dia membuatku merasa sangat tidak berharga dan tidak layak dicintai. Dia seperti membutakan mataku agar aku tak mampu lagi melihat apa-apa selain dirinya dan semua luka.

Aku baru menuliskan sekarang, karena kau tahu? Aku lebih sakit dari yang semua kata bisa wakili di sini. Butuh beberapa waktu bagiku untuk benar-benar stabil.
Aku tidak mengatakan bahwa masalahku lebih parah dari masalahmu. Tapi sekali lagi, ini bukan tentang apa masalahnya. Ini tentang perasaan yang ada di balik masalah tersebut. Fokuslah kesana. Dan kesedihanku nyata, sangat nyata. Mengapa aku harus segan mengakui hanya karena "luka jiwa" kita berbeda.
Kemudian aku sadar bahwa aku terluka karena aku tidak bisa membahagiakan diri sendiri, sehingga aku menuntut orang lain untuk membahagiakanku. Dan karena aku menggantungkan kebahagiaanku padanya, aku bingung bagaimana cara membahagiakan diri sendiri ketika ia pergi.


Kehidupan tidak selalu memberi apa yang kuinginkan, terkadang aku hanya mendapat pelajaran yang sebenarnya lebih kubutuhkan.


***

Tiba-tiba aku menitikkan air mata saat menulis ini.
Bukan karena sedih,
Tapi karena ini adalah pertama kalinya aku mampu berterima kasih atas semua, atas hal yang paling menyakitkan sekalipun.

Karena aku tahu aku tak pernah kehilangan diriku yang sejati, atau membiarkan orang lain merampasnya.

Karena aku menyadari bahwa aku selalu lebih tinggi dari semua hal buruk yang terjadi padaku.

Karena aku sudah tidak lagi menyalahkan dia.
Nyatanya sebelum masalah ini terjadi, dia adalah pria yang baik. Dia memang melakukan kesalahan, tapi bukankah semua orang termasuk diriku juga pernah?

Karena aku sudah tidak berharap apapun lagi. Aku tidak peduli apakah ia akan minta maaf atau tidak, menyesal atau tidak. Sudah cukup.


I'm done. I'm over him.
I burnt the bridge.


Karena aku sudah tidak lagi cuma merasa jadi korban keadaan. Orang memang bisa melakukan apapun padaku, tapi hanya aku yang memegang kendali atas perasaanku sendiri.

Seperti yang Haruki Murakami katakan,

"Penderitaan memang tak diundang, tapi untuk meratapinya adalah sebuah pilihan"
-Haruki Murakami


Dan pada akhirnya,

Ini sama sekali bukan tentang apa yang ada di luar diriku. Carl Jung berkata bahwa mereka yang melihat keluar bermimpi, sedangkan mereka yang melihat kedalam terbangun.

Ini semua adalah tentang apa yang ada di DALAM diriku sendiri. Kehidupan ini terasa berat bukan karena kehidupan ini yang berat, namun kemampuanku lah yang terbatas. 

Dan bahwa selama aku masih hidup, TIDAK ADA YANG FINAL DI DUNIA INI. Itu faktanya.


Kesedihan dan kesalahan adalah hal yang sangat biasa bagi seseorang yang masih hidup, yang masih belajar, yang masih disebut manusia.
"Wound is the place where light enters you." - Jalaluddin Rumi

You May Also Like

0 comments

Komentar terakhir

Sponsor

Instagram

https://www.instagram.com/dianaoctvn/?hl=en