A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Sejak manusia dilahirkan pada
dasarnya sudah sepantasnya untuk dilatih berpikir dengan jelas , tajam dan
terang rumusannya , hal itu juga supaya lebih tangkas dan kreatif . dengan
demikian kita sebagai generasi penerus bangsa perlu belajar berpikir tertip ,
jelas , serta tajam. Hal yang sangat penting juga adalah belajar membuat
deduksi yang berani dengan salah satu cara untuk melahirkannya adalah
silogisme. . Hal ini diperlukan karena mengajarkan kita untuk dapat melihat
konsekwensi dari sesuatu pendirian atau pernyataan yang apa bila di telaah
lebih lanjut, sebenarnya pendirian atau pernyataan itu tadi self – destructive.
Mungkin hal itu bisa terjadi karena
tidak mau menghargai kebenaran dari sesuatu tradisi atau tidak dapat menilai
kegunaannya yang besar dari sesuatu yang berasal dari masa lampau, ada juga
sebagian orang yang mengatakan atau menganggap percuma mempelajari seluk beluk
silogisme . Tetapi mungkin juga anggapan itu didasarkan pada kenyataan bahwa
biasanya dalam proses penulisan atau pemikiran hanya sedikit orang saja yang
dapat mengungkapkan pikirannya dalam bentuk silogisme. Akan tetapi , proses
pemikiran kita menurut kenyataanya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering
dari pada yang kita duga. Misalnya ucapan “ Saya tidak senang kepada pegawai
itu karena ia biasa datang terlambat ke kantor “ Proses pemikiran tersebut haya
bisa di uji dan di kaji apabila kita beberkan dalam bentuk silogisme karena
bentuk silogismelah setiap langkah dari proses tersebut menjadi terbuka .
SILOGISME
DEFINISI SILOGISME
Silogisme
adalah proses berpikir yang bertolak dari satu atau
lebih premis, yakni pernyataan-pernyataan yang mendahului kemudian ditarik
suatu kesimpulan menurut prinsip-prinisip logis, perlawanan dan pendasaran yang
mencukupi. Secara singkatnya Silogisme adalah
merupakan suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme merupakan jenis deduksi yang banyak digunakan
jika seseorang menyusun suatu argumentasi.
Silogisme termasuk dalam penalaran
deduktif. Deduktif merupakan salah satu
teknik untuk mengambil simpulan dalam sebuah karangan. Berikut jenis-jenis dari silogisme :
Jenis-jenis
silogisme
1. silogisme kategorial
2. silogisme hipotetik
3. silogisme alternatif
4. entimen
5. silogisme disjungtif
1. SILOGISME KATEGORIAL
Silogisme ini merupakan silogisme
dimana semua proporsisinya
merupakan kategorial. Kemudian proporsisi
(pernyataan) yang
mengandung silogisme disebut dengan premis.
Dalam silogisme terdapat dua premis dan satu simpulan. Premis merupakan pernyataan yang dijadikan dasar untuk
menarik simpulan. Kedua premis itu adalah premis umum (premis mayor) dan premis
khusus (premis minor).
Premis umum (PU) : berisi
pernyataan yang menyatakan semua anggota kelompok atau kumpulan sesuatu yang memiliki sifat atau
ciri tertentu.
Premis Khusus (PK) :
menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok atau kumpulan sesuatu itu
Simpulan (P) : menyatakan seseorang atau sesuatu anggota kelompok sesuatu
itu memiliki sifat atau ciri
tertentu.
Jika
ketentuan-ketentuan di atas dibuat rumus akan menjadi:
PU
: Semua A = B
PK
: Semua C = A
S
: Semua C = B
Contoh
I:
PU
: Semua profesor pandai.
PK
: Pak Adit
adalah profesor.
S
: Pak Adit pasti orang pandai.
Keterangan:
Semua A
: kelompok atau kumpulan sesuatu itu = semua
profesor
B
: kelompok sesuatu itu memiliki sifat atau ciri tertentu= pandai
C
: seseorang atau sesuatu anggota kelompok itu= Pak Adit
Contoh
II :
PU
: Binatang menyusui melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK
: Kerbau binatang menyusui.
S
: Kerbau melahirkan anak dan tidak bertelur.
Catatan:
Kata “semua” dapat tidak disebutkan atau dapat juga diganti dengan kata
“setiap” atau “tiap-tiap”
Contoh
III :
PU
: Setiap orang asing harus memiliki izin kerja, jika ingin
bekerja di Indonesia.
PK
: Peter White itu orang asing.
S
: Jadi, Peter White harus memiliki izin kerja
jika ingin bekerja di Indonesia
Silogisme Negatif
Jika
salah satu premis dalam silogisme
bersifat negative,
simpulannya pun akan bersifat negatif pula. Biasanya pernyataan negatif
digunakan kata “tidak”, “tak”
Contoh
I:
PU :
Semua penderita penyakit gula tidak boleh banyak makan makanan betepung
PK :
Pak Badu penderita penyakit gula
S :
Jadi, Pak Badu tidak boleh banyak makan makanan bertepung
Catatan :
Apabila kedua premis bersifat negative, maka tidak akan sah diambil
kesimpulannya. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menghubungkan
kedua proposisis premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satunya positif.