Halo lelakiku. Apa kabar di sana? Lama tak saling menyapa sepertinya.
Sebenarnya aku tak ingin mengemis rindu pada mu. Namun sepertinya rindu itu terlalu banyak dan berhamburan tak bertuan selain pada mu. Aku tau sepertinya kau tengah sibuk dengan urusan mu bukan? Ahh.. kau memang selalu sibuk sayang.
Apakabar mata yang selalu menatap khawatir padaku itu? Apakabar tangan yang tak pernah melepaskan genggaman tangan ku dikeramaian itu? Apa kabar dada bidang yang selalu ku rengkuh saat aku lelah dengan dunia ku? Ah sungguh menyebalkan merindukanmu.
Sore ini aku ingin bercerita banyak pada mu, perihal apa-apa saja yang telah ku lalui hari ini. Namun sepertinya dirimu tak punya banyak waktu bukan? Ah ya… Biarkan saja. Aku bisa berjalan sendiri seperti biasanya. Memang terkadang aku merindukan bayang mu seperti dahulu, sosok yang selalu ada untuk ku. Aku sepertinya tak cukup pandai mengartikan kau sangat menyayangi ku. Dengan bodohnya aku selalu acuh tak acuh terhadap mu. Namun kini, saat jarak diantara kita semakin melebar aku merasa tak punya apa-apa selain padamu aku ingin bermanja.
Aku merindu tertawa bahagia tentang tingkah konyol mu yang membuat ku terpingkal. Dan satu lagi, aku merindu tentang semua yang kau punya. Tentang mata sendu yang menatap ku nanar saat aku melakukan sesuatu yang tak kau suka, namun tetap.. kau selalu ada disini menggenggam tangan ku menuju benar. Tentang senyum anggun yang tak pernah lepas dari bibir mu ketika menyapa ramah semua orang, ah ya.. aku kadang tak suka melihat mu membagi senyum itu untuk gadis lain tapi toh itu bukan salah mu bukan? Dan sepertinya semua orang harus tau, aku pernah memiliki lelaki dengan senyum terbaik disini.
Sebenarnya aku tak ingin mengemis rindu pada mu. Namun sepertinya rindu itu terlalu banyak dan berhamburan tak bertuan selain pada mu. Aku tau sepertinya kau tengah sibuk dengan urusan mu bukan? Ahh.. kau memang selalu sibuk sayang.
Apakabar mata yang selalu menatap khawatir padaku itu? Apakabar tangan yang tak pernah melepaskan genggaman tangan ku dikeramaian itu? Apa kabar dada bidang yang selalu ku rengkuh saat aku lelah dengan dunia ku? Ah sungguh menyebalkan merindukanmu.
Sore ini aku ingin bercerita banyak pada mu, perihal apa-apa saja yang telah ku lalui hari ini. Namun sepertinya dirimu tak punya banyak waktu bukan? Ah ya… Biarkan saja. Aku bisa berjalan sendiri seperti biasanya. Memang terkadang aku merindukan bayang mu seperti dahulu, sosok yang selalu ada untuk ku. Aku sepertinya tak cukup pandai mengartikan kau sangat menyayangi ku. Dengan bodohnya aku selalu acuh tak acuh terhadap mu. Namun kini, saat jarak diantara kita semakin melebar aku merasa tak punya apa-apa selain padamu aku ingin bermanja.
Aku merindu tertawa bahagia tentang tingkah konyol mu yang membuat ku terpingkal. Dan satu lagi, aku merindu tentang semua yang kau punya. Tentang mata sendu yang menatap ku nanar saat aku melakukan sesuatu yang tak kau suka, namun tetap.. kau selalu ada disini menggenggam tangan ku menuju benar. Tentang senyum anggun yang tak pernah lepas dari bibir mu ketika menyapa ramah semua orang, ah ya.. aku kadang tak suka melihat mu membagi senyum itu untuk gadis lain tapi toh itu bukan salah mu bukan? Dan sepertinya semua orang harus tau, aku pernah memiliki lelaki dengan senyum terbaik disini.