FF My Possesive CEO part 7 siwon agnes re-make wattpad kaka silver_

by - 5:46 AM

My possesive CEO Part 1
My possesive CEO part 2
My Possesive CEO Part 3
My Possesive CEO Part 4
My Possesive CEO Part 5
My Possesive CEO Part 6

PART 7

Happy Reading pals sweetie...........................



Aku duduk termenung di atas ranjang ku. Rasa kantuk mulai menyerang ku. Setelah makan malam bersama Siwon dan Laurent di restoran cina, jam sembilan malam Siwon mengantarku ke kamarku. Dia menyuruhku agar tidur di ranjangnya. dia khawatir padaku, katanya. Tapi aku menolaknya -butuh perjuangan menolaknya. Dia sangat keras kepala-dan aku butuh sendirian untuk menenangkan diriku yang terguncang.

Sekarang aku menyesal menolaknya. Aku tidak butuh sendirian tapi aku butuh di pelukkannya untuk menenangkan ku. Aku bukan munafik tapi aku punya harga diri.Dan harga diriku yang tinggi membawaku ke tempat yang hampa, menyesal. Aku melihat jam di layar Samsungku di atas pangkuanku, jam dua pagi. Dia pasti sudah tidur nyenyak mungkin dia juga sudah mendengkur atau sudah mimpi indah.

Aku tidak bisa tidur. Setiap kali aku mencoba memejamkan mataku, percakapan antara aku dan Tiffany di Cafe kemarin siang berputar-putar di dalam memoriku. Di sisi lain ku, aku menyalahkan diriku sendiri. Tapi di sisi ku yang lainnya, masih tetap menyalahkan TOP dan Tiffany. Mereka berdua sembilan puluh persen salah. Sisanya aku yang salah. Kenapa situasi ini selalu membawaku kedalam kebingungan? Aku bisa gila begini terus. TOP tetap salah, dia tidak memberitahumu secara langsung. Dia seperti banci.

Tapi Tiffany sudah mengatakan alasannya. Setelah membuatmu seperti mayat hidup? Dan kau percaya pada perkataan Tiffany? Dia sahabatku. Sahabat yang merusak hubunganmu. Membuatmu menderita. Kau masih menganggapnya sahabat? Kau bodoh! Aku sudah lama mengenalnya. TOP dan Tiffany tak lebih dari seorang pengecut. Egois. Dan jahat. Ber---
Sebelum aku menjadi orang yang tidak waras secara permanen, Samsungku bergetar di atas pangkuanku. Terkejut ketika nama Boss Siwon terpampang di layar. Tidak butuh banyak berpikir aku mengangkatnya.
"Hai," kataku pelan, menahan suaraku agar tidak berteriak kesenangan.
"Hai," suaranya terdengar terkejut.
"kenapa kau belum tidur?"
"Kau juga belum tidur." Dia mendengus. "Aku memikirkanmu. Kau tahu?"
Tiba-tiba saja aku merasakan kupu- kupu berterbangan dengan liar di dalam perutku.
"Terimakasih sudah mengkhawatirkan ku, Won-ah."
"Kau tidak bisa mengontrol emosimu kemarin siang. Tidak seperti dua hari yang lalu," kemarin dia tidak memintaku agar menceritakan kenapa aku menangis dan pembicaraan antara aku dan Tiffany. Dia tidak ikut campur pada privasi ku. Dia benar, aku kehilangan kontrol. Menangis di tempat umum dan di pelukkan Boss, itu pertama kalinya di hidupku dan aku harus menahan rasa malu karna banyak orang yang berlalu-lalang yang menatap kami dengan berbagai macam ekspresi. Aku tidak menangisi TOP mencintai Tiffany atau TOP dan Tiffany akan menikah besok. Tapi diriku sendiri. Aku baru menyadari bahwa rasa cinta untuk TOP sudah hilang. Kenapa? Apa karna Siwon sudah mengisi hatiku? Tapi ini terlalu cepat bagiku. Aku tidak mau menangisi putus cinta untuk ke dua kalinya dalam waktu dekat.
"Kau memikirkan sesuatu?" iya, kau. Aku mengangguk. Namun aku langsung menyadari kebodohanku. Siwon tidak bisa melihatku mengangguk.
"Iya."
"Apa itu?" suaranya memaksa. Aku memutar mataku.
"Jam tujuh malam adalah pernikahan Tiffany dan TOP. Aku sudah berjanji akan datang. Tapi kau sudah janji hari ini kita pulang," aku memainkan ujung rambutku menunggu jawabannya.
"Pernerbangan hari ini penuh. Aku dapat tiket pernerbangan awal besok, jam satu pagi. Kau, Laurent dan aku akan pergi bersama ke pernikahan mereka malam ini."
"Kau di undang?" aku terkejut.
"Orang terkenal sepertiku, pasti di undang," dia berkata dengan bangga. Aku mencibirnya sombong. Dia terkekeh geli. Aku menguap lebar. Sepertinya dia mendengar aku menguap.
"Tidurlah. Ini sudah jam tiga pagi. Matikan teleponnya." Aku tidak mematikan teleponku.
"Agnes, matikan," katanya lembut. Aku menggigit bibirku sebelum berbicara.
"Siwon?" kataku ragu-ragu.
"Ya? Apa? Kau menginginkan aku di sana?" aku bisa mendengar dia tertawa di ujung telepon.
"Maukah kau bernyanyi satu atau dua bait sebagai pengantar ku tidur?" aku jadi gelisah ketika dia terdiam hampir satu menit. Apa permintaanku membuatnya tersinggung?
Dia berdehem."Lagu apa?" Aku tidak bisa menyembunyikan suara senang ku,
"Lagu ciptaanmu?" seharusnya sebuah pernyataan bukan pertanyaan.
"Lagu ciptaanku tentang s*x semua. Kau yakin ingin mendengarnya sebelum tidur?" Aku mendadak membeku. Tidak mau. Aku nanti akan memimpikannya yang tidak-tidak.
"Terserah kau. Asalkan bukan lagu s*x mu," aku lemas. Dia tertawa.
"Kau membuatku tersinggung, nona," suaranya di buat-buat lirih.
"Terserah. Cepat bernyanyi," kataku menuntut. Membenarkan posisi tidurku di ranjang, menarik selimut hingga batas leher. Selanjutnya yang ku dengar dia mulai bernyanyi, suaranya benar-benar bagus dan berkarakter. Hatiku seperti di selimuti bunga-bunga yang indah dan harum. Aku tidak tahu lagu siapa yang dia bawakan, dia menuruti ku, tidak membawakan lagu ciptaannya. Setelah itu, aku jatuh tertidur saat dia masih bernyanyi dan terlelap dengan jantung berdebar. Suatu saat nanti. Aku ingin melihatnya bernyanyi secara langsung sambil memainkan piano. Aku rasa, aku akan memimpikannya.


***
Aku terlonjak bangun dari tidur ku saat pintu kamar hotelku di ketuk. Bukan. Seperti sebuah dobrakkan. Bangkit dari ranjang, merenggangkan otot, mengusap wajahku, kemudian membukakan pintu.
"Siapa?" tanyaku bingung. Meneliti penampilan pria berseragam dan memegang kotak lumayan besar di depan dadanya. Wajahnya tampak kesal. Mungkin dia sudah lama mengetuk pintu kamarku.
"Jasa pengiriman barang, ma'am. Ada kiriman dari Miss. Tiffany. Tolong tanda tangan di sini," aku menerima uluran kotak itu setelah tanda tangan di tempat yang dia tunjukkan.
"terimakasih," katanya sambil tersenyum masam dan pergi. Hey!! Bahkan aku belum membalasnya. Aku mengangkat bahu tidak peduli. Aku lebih peduli isi kotak ini. Aku menaruh kotak itu di tempat tidur dan membuka tutupnya. Aku mengambil kertas putih di dalamnya. “Kau kenal gaun ini 'kan? Ku mohon, kenakan gaun ini ketika kau menghadiri pesta pernikahan ku, Agnes. Aku mengharapkan kau datang. Aku menunggumu. Jangan lupa!” Aku mengeluarkan gaun yang di kirim Tiffany dari kotak. Astaga! Aku mebelalak lebar. Tiga minggu yang lalu aku dan Tiffany ingin memesan gaun ini di shopping online untuk kami berdua -kami sering membeli barang pasangan, namun kami harus mendesah kecewa karna sudah sold out.

Sebuah gaun berbahan catton hitam polos berlengan pendek, V-neck di bagian belakangnya, panjang sebatas setengah paha. simple dan elegant. Tiffany pintar mengambil hati seseorang. Ketika SMA Tiffany terlibat perkelahian dengan senior, dia hampir di Skor lima hari oleh guru PKS namun tidak jadi karna Tiffany menjanjikan akan membelikan tas merk Prada. Dan guru PKS mencabut surat skor-nya. Lebih baik kehilangan uang satu setengah juta di bandingkan kartu ATM dan kartu Kredit di sita, kata Tiffany ketika aku menanyakan kenapa dia menyogok dengan barang mahal. Samsungku bergetar di atas meja samping ranjang. Aku membuka pesan dari Siwon.
"Sudah bangun, darling?" Tidak butuh waktu lama untuk membalas pesannya.
"Baru saja bangun. Bagaimana denganmu?"
"Wow, kau tidur sepuluh jam! Sehari manusia membutuhkan minimal enam atau tujuh jam untuk tidur. Tapi aku hanya tidur lima jam." Aku tahu alasannya. Dia harus mengurus Laurent. Membelikan makanan, memberi susu dan memandikan Laurent. Appa yang baik dan peduli. Sekaligus berperan sebagai sosok Eoma. Aku ingin bertanya di mana eomma Laurent, namun aku terlalu takut untuk menanyai tentang hal itu. Bagaimana jika dia marah lebih menyeramkan ketika di pantai waktu lalu?
"Aku merasa bersalah. Kau mengkhawatirkan ku sehingga membuat mu tidak bisa tidur nyenyak. Maaf." Aku menekan tombol kirim.
"Berikan aku satu ciumn saat aku menjemput mu jam setengah tujuh. Maka aku akan memaafkanmu." Aku menggelinjak senang di ranjang. Tersenyum seperti orang idiot.
"Kau selalu mengambil kesempatan!!!" di balik tanda seru ku, sebenarnya aku sangat senang. Pipiku panas membayangkan aku menciumnya.
"Aku juga menunggu itu, darling :* ." Aku tertawa dia menggunakan emot tanda cium. Ini pertama kalinya. Biasanya kami kirim pesan perihal perkerjaan. Formal, datar dan tanpa menggunakan tanda emot.
":* :* :* :* :* . Aku akan siap-siap. Kau juga harus!"
"Bagaimana bisa aku mengeras hanya karna melihat pesanmu. Sial! Jangan lupa makan! Sampai jumpa, darling :* :* :* :* :* :* :* :* :* :* :* :* :* :* :*." Aku tertawa lagi. Dia terlalu banyak menggunakan emot cium dan dia mengeras? Apa dia sedang menggodaku? Kenapa Siwon terlihat manis hanya karna dia menggunakan emot cium terlalu banyak?

***
Aku tersenyum menatap penampilanku di cermin kamar mandi yang besar. Gaun hitam elegant. Aku bersyukur akan hal ini karna aku membawa sepatu hak tinggi berwarna hitam. Berpanduan yang cocok. Serba hitam di padukan dengan bibirku di poles lipstik merah gelap. Rambut lurus kecoklatan ku di gerai. Selanjutnya wajahku bermake-up natural tidak terlalu berlebihan. Apa yang akan Siwon lakukan jika melihat penampilanku?
Tentu saja dia akan marah! Dua kali aku di marahinya karna mengenakan mini dress. Dua kali juga aku mengganti pakaianku lebih panjang. Dan malam ini, biarkan aku menentangnya. Jantungku berdebar-debar seperti hampir lepas dari tempatnya ketika bel berbunyi. Aku mengambil nafas lalu di keluarkan secara berulang-ulang. Agnes, tenang. Bernafas! Jika dia marah dan tidak mendengar alasanmu. Kau hanya perlu meninggalkannya. Tanganku menepuk-nepuk pipiku pelan, keluar dari kamar mandi, mengambil Samsungku di atas ranjang, kemudian membuka pintu.
"Hai," aku tersenyum lebar. Dia tampan dan mempesona. Aku hampir jatuh ke lantai melihatnya setampan malaikat cinta -entah mengapa aku menggambar ketampananya mirip malaikat cinta. Padahal aku tidak pernah melihat malaikat cinta- dan dia sangat wangi khas parfumnya.
Setelan tuxedo abu-abu membungkus kemeja putihnya dan dasi kupu-kupu tergantung di lehernya.
Mata intensnya berubah menajam melihatku. Bibirnya berbentuk garis tipis.
"Apa yang kau pakai?" katanya dingin. Wajahnya kaku. Aku melangkah beberapa langkah agar menutup pintu kamarku. Tidak ada Laurent! Dia sering menghilang.
"Dimana Laurent?" aku berusaha mencairkan suasana.
"Apa yang kau pakai?" dia mengulang pertanyaannya. Dingin dan kaku. Aku memutar mata ku. Aku menghela nafas.
"Ini hanya gaun. Gaun yang di kirim Tiffany untuk ku tadi siang. Aku jatuh cinta pada gaun ini. Ku mohon, jangan mengatur ku." Matanya melotot. Dia tambah menegang.
"Aku hanya khawatir pada mu. Banyak di luar sana laki-laki mata keranjang yang akan berfantasi liar melihat mu seperti ini. Apalagi di acara pernikahan seorang pengusaha. Akan banyak laki-laki brengsk di sana!" dia berusaha mengontrol suaranya agar tetap tenang. Aku memeluk lengan sebelahnya, menepuk dadanya dan tersenyum.
"Kan ada diri mu." Matanya melembut. Dia tidak tegang lagi. Aku menjauh ketika dia ingin mnciumku.
"Kau sudah janji ingin menciumku."
"Dan akan menghabiskan setengah jam lagi untuk membenarkan make-up? Tidak. Terimakasih," aku menyeretnya berjalan.
"kenapa kau tidak masuk tadi? Waktu itu kau bisa masuk." Kami masuk ke dalam lift.
"Aku tidak membawa kuncinya," dia mengaitkan jari-jari kami.
"Kunci?"
"Ketika kau lupa password mu atau mungkin kau terjadi sesuatu di dalam. Pihak hotel menyiapkan kunci cadangan untuk membantu mu." Pipiku panas seperti bara api menyala saat bibirnya mencium bahu ku. Aku bisa mencium wangi shampoonya ketika kepalanya menunduk.
Pintu lift berdenting dan terbuka. Kami keluar dari lift masih tetap jarinya membungkus jariku. Perasaan senang menghampiri benak ku, lagi. Moment intens pertama yang dia berikan padaku di depan publik. Dia melihat wajahku. Tersenyum.
"Kau sangat cantik."
"Kau juga sangat tampan."

***
Acara pemberkatan, tukar cincin, foto-foto keluarga dan lempar bunga sudah lewat. Para undangan hanya perlu bersalaman dengan penganti baru dan menikmati makan yang di sediakan. Tidak heran jika pernikahan TOP dan Tiffany di publikasikan di media. Karna appa TOP adalah salah satu orang berpengaruh di New york. Gedung ini lumayan besar, setengah tempat gedung ini di jadikan lantai dansa. Tapi hanya ada puluhan orang yang hadir. Mungkin hanya orang yang penting dan keluarga terdekatnya. Tiffany sangat cantik di balut gaun putih panjang hingga menyentuh lantai, mengenakan sarung tangan dan rambut pirangnya di ikat konde. TOP tidak berubah. Dia tetap tampan mengenakan setelan tuxedo putihnya. Mereka terus memberikan senyuman lebar. Mereka terlihat sangat bahagia saling memiliki.
Pendeta menyuruh TOP mncium Tiffany. Aku tertawa. Aku tidak merasa cemburu seperti halnya saat TOP berdekatan dengan wanita lain. Apa perasaan cintaku untuk TOP sudah hilang?

Aku menjauh dari Siwon. Aku marah padanya. Saat bagian foto-foto bersama keluarga, Siwon dan Laurent berfoto bersama Tiffany dan TOP. Apa- apaan itu? Keluarga? TOP dan Siwon? Aku butuh penjelasannya. Aku mengambil minuman berwarna biru tanpa alkohol dari meja di depan ku.
Mata ku terus menatap Siwon. Dia berbicara dan tertawa entah dengan siapa. Laurent bersama dengan pasangan paruh baya, suami-istri. Mungkin mereka orang tua Siwon. Aku meneguk minuman ku lagi. Hell! Dia pergi bersama ku. Kini dia melupakan ku. Aku mau pulang saja.
"Hai?" aku mengangkat alis sebelah pada pria tinggi di depan ku. Memegang gelas di tangan kirinya. Dia punya lengsung pipi jika tersenyum. Dia manis.
"Hai. Apa kita kenal?" dia tertawa mendengar pertanyaanku. Mataku menyipit. Dia berhenti tertawa.
"Maaf. Aku Daniel," dia menjulurkan tangan kanannya. Dia sopan. Matanya tidak menatap dada atau paha ku. Tapi wajahku. Aku menimbang-nimbang. "Agnes," aku menjabat tangannya. Memberikan senyum pertemanan.
"Nama yang cantik seperti yang punya," dia mengedipkan sebelah matanya. Dia meneguk habis minumannya lalu meletakkan gelas kosong di tangannya ke meja di depan kami.
"aku melihat mu sendirian dan cemberut. Aku merasa, aku adalah pria buruk jika tidak menghapiri wanita secantik diri mu seperti orang tersesat." Aku salah tingkah pada kata-kata gombalnya dan tadi dia menangkap basah muka cemberut ku.
"Terimakasih, Daniel," kataku malu- malu.
"Ingin berdansa dengan ku, cantik?"
"Dia milik ku, bung," Siwon mencium pipi ku. Aku terkejut. Daniel juga terkejut. Daniel melihat aku dan Siwon bergantian. "apa?" kata Siwon menggertak. Aku tertawa dalam hati melihat Daniel langsung pergi tanpa berbicara namun wajahnya tampak kesal dan marah. Aku menjauh dari Siwon. Memasang muka kesal.
"Kau kenapa?" katanya, geli.
"Pulang," aku menjawab kesal.
"Kau belum mengucapkan selamat pada T."
"Setelahnya."
"Kau ini kenapa?"
"Aku marah padamu," aku melipat tanganku di bawah dadaku. "kau saudara TOP? Tapi kenapa? Eh. Maksud ku kenapa kau tidak menceritakan pada ku?" aku memicingkan mata ku. Aku menceritakan padanya Tiffany dan TOP kenapa aku menangis malam itu. Karna TOP. Tapi dia seolah-olah tidak mengenal TOP. Bersikap santai dan tidak bertanya tentang TOP. Sialan! Dia pintar berakting ku bilang!
"Kau tidak bertanya," jawaban konyol. Dia terkekeh aku mencibirnya. Dia meraih pergelangan tanganku, sebelumnya mengambil Samsung dari tangan ku dan di masukkan ke kantung dalam tuxedonya.
"Berdansalah denganku. Maka aku akan menceritakannya." Dia mengajak ku ke lantai dansa yang sudah penuh dengan pasangan muda- tua. Di ujung sana Tiffany dan TOP sedang berdansa. Tiffany melambaikan tangannya ke arahku. Aku membalasnya. Siwon meletakkan tangannya di pinggangku. Tanganku memeluk lehernya. Aku tidak perlu berjinjit. Bersyukur pada sepatu hak tinggi tujuh centi ku. Wajah kami sejajar dan sangat dekat. Kami mulai mengikuti irama lagu. Satu bakatnya yang lain baru aku tahu, dia pintar berdansa.
"Eoma TOP adalah adik Appaku," dia memulai. Aku menatap matanya menggelap karna melihat bibir ku. Sangat terkejut. Dua tahun berpacaran dengan TOP, dan dua tahun berkerja dengannya. Baru sekarang aku tahu mereka sepupu? Oh astaga!

Aku mengangkat alis ku. "Lalu?"
"Ya, kami adalah sepupu. Apalagi?" hanya ini? Aku memutar mata ku. Dia menghapus jarak di antara milikku dan miliknya. Aku menggigit bibirku, dia menggoyangkan pinggulnya.
"Kau memakai sesuatu di balik gaun mu?" aku berusaha menahan sesuatu, saat tangannya mengelus punggung ku. Aku memukul bahunya.
"Jangan lakukan ini," kataku serak. Dia menyeringai jahat. Lagu berganti. Iramanya lebih melow di bandingkan lagu tadi.
"Karna dulu kau punya sepupu ku. Aku menahan diri ku agar tidak mendekatimu dan menggodamu. Namun saat sepupu ku itu tolol, idiot dan ceroboh meninggalkan mu. Aku mulai berani mendekati mu akhir-akhir ini. Aku hanya bisa menatap mu dan menikmati diri mu dari jauh. Kau setiap hari menyiksa ku, membuat ku mengeras hanya karna ketika kau menggigit bibir mu, jari mu, dan pulpen mu," dia menciumku sekilas. Aku hampir jatuh pingsan. Ya, Tuhan setiap kalimatnya membuat tubuh ku panas,
"aku btuh di dalam mu, sekarang," dia berbisik. Agar hanya aku yang dapat mendengarnya. Jantung ku berdebar kencang. Mendadak sulit bernafas. Aku memandang sekeliling, tidak ada yamg
memandang kami dengan ekspresi konyol atau heran. Mereka tampak menikmati dansa, lagu dan pasangan mereka.
"Kau bawa pengaman?" aku ikut berbisik. Dahinya mengkerut
"Kenapa? Kemarin kau membiarkan aku keluar di dalam mu?"
"Hhmm. Kemarin bukan masa suburku." Sebuah tangan memegang bahu Siwon. Aku dan Siwon bersama mendongak. TOP tersenyum dan Ana di sampingnya.
"Tukar pasangan?" kata TOP. Aku menatap Siwon kesal karna dia menyetujui saran TOP. Siwon dan Tiffany sudah berdansa di depan ku. Aku merasakan atmofsir canggung di sekitar kami.
"Bagaimana kabar mu?" dia memulai pembicaraan. Dia sedikit ragu.
"Seperti yang kau lihat," aku menjawab datar. Walaupun aku menyalahkan diri ku. Tapi aku masih belum bisa memaafkannya.
"Aku tahu kau membenci ku,” matanya muram,

“Aku minta maaf sudah membuat mu menderita seminggu lebih. Tiffany sudah menceritakannya kepadaku kejadian kemarin di Cafe. Kau tidak merasa ini aneh?" aku mengangkat alis ku. Bingung.
Jantungku tidak berdebar berdekatan dengan TOP. Tidak menangis melihat dia menikah dengan sahabat ku. Apa ini yang di maksud aneh? Dia tersenyum lebar menikmati kebingungan ku.

"Sebenarnya pernikahan kami di adakan di New York. Namun, karna Tiffany tahu kau melarikan diri ke Australia. Kami berdua mulai sibuk selama tiga hari, bahkan tidak punya waktu tidur. Kami memaksa perusahaan pencetak undangan, menyelesaikan tujuh puluh undangan lagi dalam sehari, tentu saja karna beda tempat. Hanya keluarga dan kolega yang berada di sini kami undang. Ana ingin kau datang di pernikahan kami dan menyelesaikan permasalahan antara kita." Tiffany tersenyum lebar seperti mendengar percakapan ku bersama TOP. Aku menatap langsung mata TOP.

"Jadi ini sudah di rencanakan?" dia mengangguk. Aku tidak bisa menahan mulut ku.
"sebenarnya apa yang di lakukan Siwon di sini?" Seminggu sebelum aku mengajukan surat sakit izin sakit ku, aku mengandekan jadwal Siwon. Tidak ada jadwal Siwon ke Australia. Mata ku tidak bisa, tidak melirik ke arah Siwon.
"Dia membantu ku selama tiga hari. Mencarikan gedung dan mencarikan marketing makanan. Kenapa?" aku menggeleng.
"kau menyukainya?" dia menyeringai. Aku melotot terkejut. Seringainya berubah menjadi jahat. Dua tahun berpacaran dengan TOP, dia tahu glagat ku. Seperti buku dongeng yang terbuka. Wajahku memerah malu
"Ini rahasia," bisikku. Dia tertawa.
"Aku akan mengunci mulut ku.”

TBC......................... RCL pls ^^

You May Also Like

0 comments

Komentar terakhir

Sponsor

Instagram

https://www.instagram.com/dianaoctvn/?hl=en